DALAM PERJUANGAN PASTI AKAN ADA IBTILA’ (COBAAN), AT-TAMHISH (SELEKSI) & TAMKIN (PENEGUHAN) OLEH KADER-KADERNYA

Diantara sunah-sunah rabbaniyah yang diingatkan al-qur’an adalah adanya ibtila’ (cobaan). Sunnah ini memposisikan umat islam sebagai obyek atau sasaran cobaan Allah. Di dalam perjuangan dakwah pasti adanya ujian yang menimpanya.
Allah sangat paham bahwa cobaan-Nya merupakan media / alat untuk membedakan berbagai kelompok manusia dan menguji hati mereka. Karena itu sebelumnya Allah telah menetapkan dahulu satu sunnah lain, yaitu bahwa suatu amanah tidak akan dapat dipikul oleh setiap manusia. Melainkan hanya oleh kaum terpilih saja, yakni mereka yang sengaja disiapkan secara khusus untuk mengembang amanah ini dan mewujudkannya dengan baik.
Pada tahap berikutnya, cobaan ini akan berlanjut dengan sunnatu at –Tamhish (penyeleksian/penyaringan), dimana seorang mukmin akan dihadapkan pada suatu ujian yang akan membuat mutiara keimanannya justru bertambah mengkilap, atau semakin matang sebagaimana suatu makananan bertambah matang ketika di masak dengan api . proses tamhish ini merupakan alat untuk mengetahui siapa yang kuat Dalam medan juang dan siapa yang tidak loyal dalam medan juang, oleh karena itu orang-orang yang tidak loyal dalam sebuah perjuangan maka mereka akan terpental dengan sendirinya.
Setelah proses penyaringan ini berakhir, aka nada sunnatullah yang lain, yaitu sunnatu at-Tamkin (peneguhan), dimana Allah akan meneguhkan keberadaan kaum mukmin di muka bumi ini setelah mereka memperkuat kerangka bangunan dan kesiapan mereka untuk meraih kemenangan itu. Dan itu hanya dapdat dilakukan dengan hanya kembali kepada Allah semata untuk memohon perlindungan dan kekuatan pada saat menghadapi seleksi dan kesulitan, serta penuh kenyakinan bahwa pertolongan dari Allah akan turun setelah mereka menjalankan semua sebab yang diperintahkkan  syari’at untuk mencapai hal itu, baik berupa kesabaran, ketakwaan dan juga persiapan yang matang.
Proses sunnatulah diatas senantiasa berkesinabungan,dalam arti seseorang tidak akan mendapatkan peneguhan jiwa sebelum dirinya mendapat ujian dan melewati fase penyaringan. Apabila ketiga fase tersebut dapat dilalui maka dia akan mendapat kemenangan.
Perlu diperhatikan pula disini, bahwa hikmah dari ketegasan dan keabsolutan sunnah-sunnah rabbaniyah ini adalah utuk menertibkan nilai dan memapankan norma-norma hokum dalam berbagai hal, situasi, kondisi, dan manusia. Meski demikian, dengan adanya kebiasaan dan keberlangsungan sunnah-sunnah ini seorang mukmin tetap tidak boleh lengah. Pasalnya kelengahan itu kadang akan mengakibatkan suatu kelalaian.
Artinya ketika seseorang mukmin melihat kaum kafir di dunia ini menguasai berbagai hal, kokoh dalam ekonomi, politik, dan militer mereka, maka seorang mukmin hendaknya sadar bahwa semua itu hanyalah pengokohan fatamorgana”, atau dapat disebut sebagai sunnatul imla’. Selain itu seorang mukmin hendaknya tidak mudah terperdaya oleh melimpah ruahnya kenikmatan dan kemewahan yang ada padanya. Sebab melimpahnya sesuatu di dunia ini, biasanya mudah hilang begitu saja dengan disebabkan oleh berbagai macam factor. Atau sirna seiring dengan kematian seseorang.




Komentar

Postingan Populer