Macam dan Tingkatan Cinta [1]
Bentuk cinta
seorang hamba kepada Sang Pencipta antara satu dengan yang lain tingkat
kecintaanya kepada Allah itu berbeda, Diantara
macam dan tingkatan cinta dari yang paling dasar hingga yang paling khusus yaitu:
a. Alaqah bisa juga disebut al-alaq seperti bentuk al-falaq
yang juga termasuk salah satu istilah cinta. Biasa juga dibaca al-aliqun
yang berarti mencintai dengan segenap hati[2].
Cinta disebut dengan al-alaqah (hubungan atau kaitan) karena adanya
hubungan antara hati dengan sang kekasih.
b. Iradah (kehendak) yaitu
kecendurangan hati kepada yang dicintai dan dicari.
c. Shababah yaitu tumpahnya hati
kepada kekasih yang tidak terbendung, seperti tumpahnya air dari ke tempat
curahan, dan juga berarti kerinduan
yang
halus dan juga bisa diartikan kerinduan yang membara.[3]
d. Gharam (cinta yang menyala) yaitu cinta yang
dibutuhkan. Jika dikatakan rajulun mughramun bil-hubbi, artinya orang
yang membutuhkan cinta.[4]
Dan juga berarti cinta yang benar-benar
merasuk ke dalam hati dan tidak dipisahkan darinya.
e. Widad (kasih) atau al-wudud
(kasih yang tulus dan lembut) merupakan sifat cinta dan intinya. Al-wadud
merupakan sifat Allah k berasal
dari kata al-Mawadah.
Ada
dua makna tentang sifat ini, Allah yang di cintai dan Allah yang mencintai
hamba. Didalam kata ini terkandung rahasia yang lembut, bahwa Allah mencintai
orang-orang yang bertaubat dan mencintai hamba-Nya yang meminta ampun
kepada-Nya, lalu Dia mengampuni dan juga mencintainya, sebagaimana firman Allah
k dalam Surat al-Baqarah Ayat 222:
¨bÎ) ©!$# =Ïtä tûüÎ/º§qG9$# =Ïtäur úïÌÎdgsÜtFßJø9$#
“. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri”.[5]
f. Syaghaf
(cinta yang dalam) artinya sampainya cinta ke hati yang paling dalam. al-Jauhar
pernah berkata asy-syaghghaf artinya lapisan yang membungkus hati atau
semacam pembungkus atau kulit.
g. ‘Isyq yaitu cinta yang
memuncak dan berlebih-lebihan, sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan dampak
kepada orangnya. Isyq merupakan istilah cinta yang paling buruk dan
penggunaaanyan tidak di sukai oleh orang arab sendiri.
h. Tatayyum atau penghambaan dan
merendahkan diri. Taimullah adalah hamba Allah.
Cinta tipe ini adalah cinta
yang paripurna dan dapat mengabaikan serta menafikan objek lain. Cinta yang
dapat melahirkan ketaatan sepenuhnya, pengabdian setulusnya dan pengorbanan
seutuhnya. Cinta ini adalah cinta seorang hamba kepada Allah .
Dengan cinta yang dalam seperti
itulah seorang yang beriman siap untuk mengabdikan dirinya bagi Allah , menjalankan syariat-Nya setulus hati dan
berjuang untuk menegakkannya di dunia.
i. Ta’abud ini setingkat di atas Tatayyyum. At-ta’abbud merupakan
puncak cinta dan tunduk. Jika di katakan ‘abadahul-hubbu artinya diperhamba
cinta, begitu pula keadaan orang yang mencintai, yang ditundukkan dan
diperhamba cinta. Keadaan ini tidak layak ditujukan kepada selain Allah , dan Allah tidak mengampuni
orang yang menyekutukan-Nya dalam ibadah dan mengampuni dosa selain syirik
tersebut.
Siapa yang sempurna ta’abbudnya, maka sempurna pula
tingkatannya. Jika martabat anak Adam sudah mencapai
kesempurnaan ini, maka Allah
menempatkannya pada kedudukan yang mulia.
j. Khallah, yaitu secara bahasa
adalah satu cinta untuk orang yang di cintainya.
secara istilah khallah adalah cinta
yang sudah merasuk kedalam ruh dan hati
orang yang mencintai, sehingga di dalamnya tidak ada tempat bagi selain
kekasihnya. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah menjadikan aku sebagai kekasih,
sebagaimana Dia menjadikan Ibrahim sebagai kekasih.” Berdasarkan
hadits tersebut telah diketahui bahwa di bumi ini ada dua al- khalil
yang dikhususkan yaitu Nabi Ibrohim dan Nabi Muhammad . Firman Allah tentang Nabi Ibrahim diangkat menjadi khalil
yaitu dalam Surat an-Nisa’ Ayat 125:
﴿ô`tBur ß`|¡ômr& $YYÏ ô`£JÏiB zNn=ór& ¼çmygô_ur ¬! uqèdur Ö`Å¡øtèC yìt7¨?$#ur s'©#ÏB zOÏdºtö/Î) $ZÿÏZym 3 xsªB$#ur ª!$# zOÏdºtö/Î) WxÎ=yz ÇÊËÎÈ ﴾
“Dan siapakah yang
lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada
Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang
lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya”.[6]
Karena kesayangan
merupakan kategori yang tidak mengenal persekutuan, maka Allah menguji Ibrahim
dengan penyembelihan
anaknya, karena beliau menjadikan anaknya sebagai belahan hatinya. Maka Allah hendak membersihkan hatinya dari
kecintaan yang berlebihan kepada anaknya dari pada cinta kepada Allah . Akhirnya Allah
menguji Nabi Ibrohim untuk menyembelih anaknya
sendiri, dan beliau pun
melaksanankannya. Dan keduanya beserah diri kepada perintah Allah dan Nabi Ibrahim memprioritaskan kecintaan kepada Allah dari pada kecintaan
kepada anaknya.
Tindakan Nabi Ibrahim ini telah menurnikan
kedudukan kesayangan dengan rela mengorbangkan
anak kecintaannya.
Komentar