Kesenangan Sementara dan Kesenangan Abadi
Kita semua telah maklum, setiap orang
diseru untuk beriman, dan setiap orang yang beriman diperintahkan untuk
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Kita pun tahu, mereka
yang mengikuti jalan-Nya akan mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan di dunia ini dan di akhirat kelak. Itulah janji Allah.
Namun dalam realitas kehidupan, kita menyaksikan, banyak
orang-orang yang tidak menjalani kehidupan sesuai dengan yang diperintahkan,
termasuk orang-orang kafir, yang mendapatkan kebahagiaan di dunia ini.
Sebaliknya, banyak orang yang beriman dan berpegang teguh pada ajaran-Nya
tampaknya tidak mendapatkan kebahagiaan sebagaimana yang diharapkan setiap
orang.
Benarkah demikian? Benarkah orang-orang kafir dan orang yang
melanggar ajaran-Nya itu benar-benar merasakan kebahagiaan, dan benarkah
orang-orang mukmin yang teguh menjalankan agama banyak yang tidak bahagia? Ataukah
itu hanya anggapan, yang kenyataan sebenarnya tidak demikian?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, marilah kita simak
ayat-ayat berikut, yakni ayat 196-198 dari surah Ali ‘Imran, dan kita
perhatikan pula penafsirannya sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam
tafsirnya.
Allah SWT berfirman:
Janganlah sekali-kali kamu teperdaya oleh kebebasan orang-orang
kafir bergerak di dalam negeri.
Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah
Jahannam, dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya. Akan tetapi
orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhannya, bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai
di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal
(anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi
orang-orang yang berbakti.
Allah Ta‘ala berfirman, yang artinya,
”Janganlah sekali-kali kamu teperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak
di dalam negeri.” Karena, yang demikian itu tidak lain merupakan istidraj (anugerah atau rizqi yang dilimpahkan
Allah kepada mereka yang berbuat durhaka kepada Allah yang akan berakhir
dengan penderitaan). Tak lamalagi semua itu akan lenyap dari mereka,
kemudian mereka menjadi tergadai oleh perbuatan buruknya. Karena, ”Itu hanyalah
kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam, dan
Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.”
Ayat ini seperti firman Allah, yang artinya,
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap
Allah tidaklah beruntung. (Bagi mereka) kesenangan (sementara) di dunia,
kemudian kepada Kami-lah mereka kembali, kemudian Kami rasakan kepada mereka
siksa yang berat, disebabkan kekafiran mereka’.” Dan seperti firman Allah, yang
artinya, ”Karena itu, beri tangguhlah orang-orang kafir itu. Yaitu beri tangguhlah
mereka itu barang sebentar.” (QS
Ath-Thariq: 17).
Demikianlah, setelah Allah menceritakan kondisi kaum kafir
di dunia dan menceritakan bahwa tempat kembali mereka ialah ke neraka, sesudah
itu Allah berfirman, yang artinya, ”Akan tetapi orang-orang yang bertaqwa kepada
Tuhannya, bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka
kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa
yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti.”
Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Ash dari Nabi SAW, beliau
bersabda, ”Sesungguhnya mereka dinamai Al-Abrar lantaran mereka berbuat baik kepada
orangtua dan anak-anaknya. Sebagaimana orangtua kamu itu memiliki hak yang
wajib kamu berikan, demikian pula anak kamu pun memiliki hak yang wajib kamu
berikan.
Komentar