HIKMAH DIBALIK MENGEMBALA KAMBING

Allah mempersiapkan Rasulullah shollAllahu alaihi wa sallam menjadi pemimpin umat yang tidak berlepas tangan dan tidak bekerja, sehingga dapat menjadi contoh teladan umatnya. Demikian juga para Nabi.
Para Nabi Menggembala Kambing
Para nabi semuanya menggembalakan kambing sebagaimana sabda Rasulullah shollAllahu alaihi wa sallam:
"Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali telah menggembalakan kambing." (HR. Bukhori dan Muslim)
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rohimahumAllah menyatakan, Tidak ada seorang nabi yang Allah utus kecuali menggembalakan kambing. Seluruh nabi yang Allah utus pertama kali menggembalakan kambing, agar mereka mengetahui dan berlatih mengurus dan mengatur dengan baik. Allah mengatur kambing sebagai haiwan gembala mereka, kerana penggembala kambing akan mendapatkan ketenangan, kelembutan dan kasih sayang. Hal ini kerana ia menggembalakan haiwan ternak yang lemah, berbeda dengan penggembala unta, kerana penggembala unta lebih banyak memiliki kekerasan dan kekasaran. Ini memang kerana unta sendiri kasar, kuat dan keras. (Dinukil dari kitab As Siroh An Nabawiyah min Kalami Abdurrahman Nashir Al Sa’di dan Muhammad bin Sholih Al Utsaimin, disusun oleh Muhammad Riyaadh Ali Ahmad, Maktabah Al Rusyd, Halaman 14).
Sebagian mereka dikisahkan Allah dalam Al Quran, seperti kisah nabi Musa dalam firman Allah:
Berkata Musa: “Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya.” (QS. Thohaa: 18)
Jelas dalam ayat ini nabi Musa menggembalakan kambing. Demikian juga Rasulullah shollAllahu alaihi wa sallam menggembalakan kambing sejak kecil dalam pemeliharaan ibu susuannya di pedalaman bani Sa”ad.
Menggembalakan Kambing di Bani Saad
Nabi Muhammad shollAllahu alaihi wa sallam mulai menggembalakan kambing sejak masih berada di pedalaman Bani Sa’ad ketika diasuh Halimah Al Sa’diyah dan dalam usia yang dini sekali. Hal ini diakui beliau sendiri ketika menyatakan: Ibu Susuanku dari bani Sa’ad bin Bakar, lalu aku dan anak ibu susuanku tersebut berangkat menggembalakan ternak kami tanpa membawa bekal, lalu aku berkata, Wahai saudaraku, pulanglah mengambil bekal dari ibu kita. Lalu ia berangkat dan aku tinggal bersama ternak. Lalu terjadilah kisah pembelahan dada beliau. (Lihat Al Bidayah wa An Nihayah, Ibnu Katsir 2/299 dan Imam Adz Dzahabi menyatakan dalam Sirohnya hal 48: Ini shohih. Lihat kitab As Siroh An nabawiyah Fi Dhou’i Al Mashodir Al Ashliyah, karya DR. Mahdi Rizqullah Ahmad, halaman 116-117)
Menggembalakan Kambing di Kota Mekkah
Beliau walaupun berada dalam kasih sayang yang besar dari pamannya, namun hal itu tidak membuat beliau manja dan malas, bahkan segera menggunakan kemampuannya untuk mencari kerja dan menyusahkan dirinya membantu pamannya dalam mencukupi keperluan hidupnya dan keluarga pamannya. Hal ini menunjukkan pribadi dan tabiat yang luhur dan baiknya beliau dalam bergaul dan membantu orang lain. Demikianlah kita lihat beliau bersusah payah membantu perekonomian Abu Tholib yang memang dikategorikan tidak kaya tersebut dengan memelihara dan menggembalakan kambing, sebagaimana beliau sampaikan sendiri dalam sabdanya:
"Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali telah menggembalakan kambing. Lalu para sahabat beliau bertanya: Demikian juga engkau?" Beliau menjawab: "Ya, Aku dahulu menggembalakan kambing milik seorang penduduk Mekkah dengan imbalan beberapa qiraath." (HR. Bukhori dan Muslim)
Satu qiraath sama dengan seperduapuluh dinar.
Beberapa Pengajaran dari Peristiwa Ini
Para Ulama menjelaskan beberapa hikmah dan faedah nabi dibina dan dilatih dengan menggembalakan kambing. Di antaranya:
Pertama, melatih Nabi menjadi seorang yang tenang dan memiliki ketahanan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan hidup. Demikian juga melatih beliau agar menjadi orang yang sabar, lemah lembut, penyayang, memperhatikan nasib yang lemah yang didapatkan dari bergaulnya beliau dengan binatang yang lemah seperti kambing.
Kedua, menggembala kambing dapat memberikan beberapa sifat baik, di antaranya:
1. Sabar, sebab penggembala dituntut menunggu dan menjaga serta mengawasi binatang gembalaannya sejak matahari terbit sampai tenggelam, sehingga dapat melatih kesabarannya. Hal ini dapat dilihat dari lambatnya kambing makan, sehingga penggembala memerlukankan kesabaran tinggi menghadapinya. Demikian juga dalam melatih manusia.
2. Sifat tawadhu (rendah hati).
3. Kasih sayang dan kelembutan terhadap yang lemah, sebab penggembala harus dapat membantu dan merawat kambing tersebut bila sakit atau patah tulang atau yang lainnya.
4. Cinta usaha dan mandiri.
5. Kekuatan tubuh, akibat tempaan alam tempat beliau menggembalakan kambingnya.
6. Keberanian.
7. Kecekapan mengatur dan mengendalikan urusan.
Ketiga, Al Hafidz Ibnu Hajar menyatakan, Para ulama menyatakan hikmah dari dibinanya para Nabi dengan menggembalakan kambing sebelum kenabian adalah agar mendapatkan dengan menggembala tersebut latihan menanggung amanat yang akan mereka pikul berupa melatih dan mengurusi umatnya dan juga kerana bercampur dengannya akan memberikan kepada mereka sifat sabar dan penyayang kerana mereka jika sabar menggembalakannya dan mengumpulkannya setelah bercerai berai di tempat penggembalaan dan menggiring mereka dari satu padang rumput ke padang rumput lainnya serta melindungi mereka dari serangan binatang buas dan yang lainnya. Mereka juga mengetahui keragaman tabiat mereka dan sangat mudahnya bercerai berai padahal mereka lemah dan perlu penjagaan akan menjadikan mereka sabar mengurus umatnya.
Penulis: Ustaz Kholid Syamhudi

Komentar

Postingan Populer