SECERCAH 10 UNTAIAN NASEHAT IMAM AL GHAZALI UNTUK PARA PEMIMPIN
10 NASEHAT IMAM AL GHAZALI UNTUK PARA PEMIMPIN:
Pertama,
pemimpin harus mengetahui kedudukan dan pentingnya kekuasaan. Sesungguhnya
kekuasaan adalah sebagian nikmat dari Allah. Siapa saja yang menjalankan
kekuasaan dengan benar, ia akan memperoleh kebahagiaan yang tidak ada
bandingannya. Siapa yang lalai dan tidak menegakkan kekuasaan dengan benar, ia
akan mendapat siksa karena kufur kepada Allah. ''Keadilan pemimpin satu hari
lebih dicintai Allah daripada beribadah tujuh puluh tahun,'' sabda Rasulullah.
Kedua,
senantiasa merindukan petuah ulama dan gemar mendengarkan nasihat mereka.
Hati-hati dengan ulama yang menyukai dunia. Mereka akan memperdayaimu, mencari
kerelaanmu untuk mendapatkan apa-apa yang ada di tanganmu berupa hal-hal yang
buruk dan haram agar mereka mendapatkan sesuatu dengan mereka dan tipu daya.
Orang yang berilmu adalah orang yang tidak menginginkan hartamu, dan orang yang
senantiasa memberimu wejangan serta petuah.
Ketiga,
janganlah merasa puas dengan keadaanmu yang tidak pernah melakukan kezaliman.
Lebih dari itu, didiklah pembantu, sahabat, pegawai dan para wakilmu. Janganlah
engkau tinggal diam melihat kezaliman mereka, karena sesungguhnya engkau akan
ditanya tentang perbuatan zalim mereka sebagaimana akan ditanya tentang
perbuatan zalimmu. Umar bin Kaththab menulis surat kepada bawahannya, yaitu Abu
Musa al-Asy'ary: ''Sesungguhnya wakil yang paling berbahagia adalah wakil yang
rakyatnya merasa bahagia Sesungguhnya wakil yang paling celaka adalah wakil
yang rakyatnya dalam keadaan paling sengsara. Oleh karena itu, mudahkanlah
karena sesungguhnya bawahanmu akan mengikuti perilakumu. Perumpamaanmu adalah
seperti binatang melihat rumput hijau, kemudian memakannya dalam jumlah banyak
hingga gemuk. Ternyata kegemukannya membawa kemalangan karena hal itu membuat
dia disembelih dan dimakan manusia.''
Keempat, kebanyakan wakil memiliki sifat sombong.
Salah satu bentuk kesombongannya adalah bila marah, ia akan menjatuhkan
hukuman. Kemarahan adalah perkara yang membinasakan akal, musuh dan penyakit
akal. Kemarahan merupakan Seperempat Kebinasaan. Jika amarah mendominasimu,
maka engkau harus ondong kepada sifat pemaaf dan kembali kepada sifat mulia.
Jika hal itu menjadi kebiasaanmu, maka engkau sudah meneladani para nabi dan
para aulia. Jika engkau menjadikan kemarahan sebagai kebiasaan, maka engkau
serupa dengan binatang buas. Dari Abu Darda' ra berkata: ''Ya Rasulullah, tunjukkan
kepadaku suatu amalan yang akan memasukkan aku ke dalam surga. Rasullah
bersabda: ''Jangan marah, kamu akan masuk surga.''
Kelima,
sesungguhnya pada setiap kejadian yang menimpa dirimu, engkau mesti
membayangkan bahwa engkau adalah salah seorang rakyat, sementara selain dirimu
adalah pemimpin. Dengan itu, apa yang tidak engkau ridha bagi dirimu sendiri,
tidak pula akan diridhai oleh salah seorang Muslim. Jika engkau meridhai mereka
dalam apa yang tidak engkau ridhai untuk dirimu sendiri, berarti engkau
mengkhianati dan menipu bawahanmu. ''Siapa yang ingin selamat dari panas api
neraka dan masuk surga, ia mesti --ketika datang kepadanya kematian-- menemukan
kesaksian dengan lisannya. Setiap yang dia tidak ridhai bagi dirinya sendiri,
maka tidak seorangpun dari kaum Muslim meridhainya.''
Keenam, Janganlah engkau memandang rendah orang-orang
yang memiliki kebutuhan yang menunggu di depan pintumu. Hati-hatilah terhadap
mereka. Manakala salah seorang Muslim memiliki kebutuhan terhadapmu, janganlah
engkau malah tidak memperdulikan mereka karena sibuk dengan ibadah-ibadah
sunnah. Sebab,memenuhi berbagai kebutuhan kaum Muslim adalah lebih utama
daripada menunaikan ibadah-ibadah sunnah. Suatu hari, Umar bin Abdul Aziz
memenuhi berbagai kebutuhan rakyatnya. Ia kemudian duduk menyandar karena
kelelahan Setelah itu ia masuk ke rumahnya untuk beristirahat menghilangkan
kepenatan. Anaknya kemudian berkata kepadanya: "Apa yang telah membuat
ayah merasa aman sementara kematian bisa saja datang saat ini, sedangkan pada saat
yang sama di depan pintu ayah ada orang membutuhkan yang sedang menunggu
sementara Ayah malah mengabaikan haknya?". Umar bin Abdul Aziz berkata:
"Engkau benar!" Maka, saat itu juga Umar bangkit dan pergi ke
majelisnya.
Ketujuh, janganlah engkau membiasakan dirimu sibuk
mengurusi berbagai keinginan seperti ingin pakaian kebesaran atau memakan
makanan yang lezat. Akan tetapi, hendaklah engkau bersikap qana'ah
(keseimbangan dalam harta, tidak boros dan tidak kikir) terhadap seluruh
perkara. Sebab, tidak akan ada keadilan tanpa sifat qana'ah. Umar bin Kaththab
bertanya kepada seorang shalih: "Apakah engkau melihat sesuatu pada diriku
yang engkau benci?". Orang itu berkata: "Aku mendengar bahwa engkau
pernah meletakkan roti di atas meja makanmu, dan engkau punya dua baju, satu
dipakai untuk malam hari dan satu lagi untuk siang hari. Apakah selain itu ada
sesuatu?" Umar menjawab: "Tidak." Orang itu berkata: "Demi
Allah, kedua perkara ini tidak akan selamanya."
Kedelapan, sesungguhnya engkau, jika memang mampu melakukan
setiap urusan dengan penuh kasih sayang dan kelemah lembutan, maka janganlah
melakukan dengan kekerasan dan sikap kasar. Ahli surga ada tiga: Pertama, orang
yang mempunyai kekuasaan hukum yang adil dan bersodaqoh kepada kaum fakir,
selalu taat kepada Allah. Kedua, seorang yang hatinya lemah lembut dan penuh
kasih sayang terhadap sanak saudara. Ketiga, orang sholeh yang menahan dirinya
dari hal-hal yang haram, mempunyai keluarga, tapi cintanya terhadap keluarga
tidak mendorong untuk berbuat yang haram.
Kesembilan, hendaklah engkau berupaya dengan
sungguh-sungguh untuk meraih keridhaan rakyatmu melalui cara-cara yang sesuai
dengan syariah. "Sebaik-baik umatku adalah orang-orang yang mencintai
kalian, dan kalian mencintai mereka. Dan seburuk-buruk umatku adalah
orang-orang melaknat kalian, dan kalian melaknat mereka," sabda
Rasulullah.
Komentar