MEMBANGUN CINTA DALAM RUMAH TANGGA
Ketika sepasang kekasih sudah resmi menjadi suami-istri,
maka kejelian dan kepekaan seseorang terhadap pasangan mutlak diperlukan.
Karena jika masing masing mementingkan egonya maka bukan keharmonisan yang
didapatkan tetapi malah sebaliknya pertengkaran dan percecokan.
Satu contoh yang paling sederhana adalah siapa yang harus
bangun terlebih dahulu, apakah suami atau istri. Mari sejenak kita menelaah
hadits Rasulullah, Rosulullah pernah bersabda “ Allah merahmati laki-laki yang
bangun pada malam hari kemudian sholat dan membangunkan istrinya, kemudian
istrinya juga sholat, maka jika istrinya enggan ia memercikkan air ke wajah
istrinya. Dan Allah merahmati wanita yang bangun pada malam hari kemudian dia
sholat dan membangunkan suaminya, kemudian suaminya juga sholat maka jika
suaminya enggan ia memercikkan ke wajahnya. ( HR. Abu Daud, Nasa’i, Ahmad).
Dari hadits diatas menggambarkan konsep rumah tangga, di
mulai dari bangun tidur sudah ada berlomba-lomba dalam beramal sholeh dan tidak
menggambarkan saling mengandalkan atau malah saling menyalahkan. Rumah tanggan
dibangun atas ta’awun ala birr sungguh indah dan hangat serta semerbaknya cinta dalam bingkai rumah tangga. Kehangatan rumah tangga yang diawali
dengan sabiqul khoirut dan ta’awun ala birr maka tidak ada lontaran cercaan dan
hinaan. Semoga Allah merahmati kita semua.
Kemudian dilanjutkan melakukan aktifitas dengan pergaulan
yang baik. Suami istri mengetahui batasan-batatasannya. Suami senantiasa sabar,
lemah lembut dalam bertutur dan berprilaku,agar terwujud ketenangan dan kasih
sayang. Dimanakah ketenangan dan kasih kasayang terwujud jika suami yang mana
ialah pemimpin rumah tangga, akan tetapi pemimpinnya berlaku keras, berakhlak
buruk, memiliki wawasan sempit, terburu-buru, sulit memaafkan dan pemarah.
Adapun kaum istri sholehah hendaklah mengetahui bahwa
kebahagian, kasih sayang dan rahmah tidak akan sempurna melainkan menjaga
kesucian diri dan agamanya. Mengetahui batasan-batasannya, menunaikan kewajiban
suaminya, berhati-hati menjaga diri dan keluarga. Seorang istri hendaklah tidak
mempermasalahkan hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginanya.
Rumah tangga seyognya dilandasi dengan kesepakan karena
dengan kesepakatan kebahagian dan suasana yang sakinah, nyaman akan terwujud.
Akan terbangun dengan sikap saling memahami antara suami istri, yang jauh dari
keributan karena perselisihan, beda pendapat, memperpanjang masalah dan
bersifat keras.
Semoga kita dapat membina rumah tangga dengan ikatan
cinta yang kuat. Allah merahmati laki-laki yang berakhlakul karimah, mengauli
istri dengan baik, santun, penuh kelembutan, kasih sayang kepada keluarga,
teliti dalam segala urusan, tidak membebani secara berlebihan,dan tidak pula
menelantarkan yang menjadi tanggung jawabnya.
Dan Allah merahmati wanita yang tidak mencari
kesalahan-kesalahan suaminya, tidak memicu keributan, taat, menjaga diri,
kehormatanya dan harta suami.
Wahai para suami-istri bertaqwalah kepada Allah, karena
dengan taqwa Allah akan mempermudah urusan kita semua. Amin Amin ya Robbal
‘Alamin
Bogor, 20 – 10 –
21
Abu Yassir as Shidiq Assalatigawi
Komentar